Tanaman adalah awal kehidupan dari terbentuknya bumi. Membentuk kehidupan dan menjaga ekosistem selama ini. Penggunaan tanaman dalam interior merupakan pengormatan dan pendekatan terhadap wujud rasa memiliki dan menjaga. Agama dan pandangan hidup Buddhisme, baik Mahayana maupun Hinayana secara konsepsional menghadapi kelilingnya dengan penuh rasa simpati dan bertanggung-jawab. Segenap peraturan-peraturannya mempertahankan dan menghidupkan suasana lingkungen alami yang serasi.
Kehidupan umat Buddhisme tidak terlepas dari lingkungan tumbuhan dan satwa. Cinta terhadap alam dan lingkungan serta terhadap sesama hidup dinyatakan dalam berbagai cara. Namun untuk aplikasi tanaman di interior perlu diperhatikan jenis tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan hanyalah tanaman hias saja dan tidak membutuhkan banayak air. Namun apabila terdapat tanaman hias yang membutuhkan banyak air tidak masalah namun perlu diperhatikan sirkulasi air penyiraman.
.
Fungsi tanaman akan sangat baik pada pagi hari. Tempat tinggal anda akan menjadi sejuk dan nyaman, namun apabila malam hari akan berdampak terbalik pada anda,karena tanaman juga menghirup oksigen, amaka sebaiknya keluarkan tanaman pada malam hari. Apabila anda merasa hal tersebut ribet maka anda dapat menggunakan tanaman palsu, hal tersebut merupakan penghias sekaligus penghormatan dalam aplikasi tanaman dalam desain interior. Awalnya khotbah Sang Buddha yang pertama Dharmacakra pravantana (= memutar roda dharma) diberikan dalam taman rusa Isipatana dekat Benares. Kemudian khotbah-khotbah selanjutnya diberikan dalam hutan-hutan yang merupakan perlindungan satwa. Isi khotbah biasanya mempergunakan tumbuhan dan satwa sebagai perumpamaan.
Tanaman merupakan makhluk hidup yang mendapatkan tempat tersendiri dalam agama Buddha. Hal ini tidak perlu diherankan, karena tanaman dan satwa memiliki sejarah dalam menyertai kehidupan Sang Buddha.
Buddha Gamma
Buddhisme disiarkan oleh Sidharta Gautama (623-543 s.m.) yang kemudian menjadi Buddha Gautama.
Sidharta hidup di wilayah India Utara, dikelilingi oleh lingkungan yang harmonis. Pada waktu itu banyak terdapat taman-taman alami, di antaranya merupakan taman perlindungan satwa (sanctuary).
Sejarah Buddha Gautama dalam Borobudur
Riwayat hidup Sidharta dipahatkan dalam 120 panel pada lorong-lorong pertama, di deretan atas, bagian dinding sebelah dalam dari Candi Borobodur.
Relief tersebut menggambarkan Sang Buddha berada di tengah-tengah alam terutama di lingkungan pepohonan yang mengambil peranan dalam hidupnya. Sampai saat ini tanaman tersebut mendapat perhatian, penghargaan dan penghormatan umat Buddha dan banyak pula yang ditanam kembali.
Beberops jenis tanaman yang dipahat pada dinding Borobudur
Pada panel 16
Tampak ibu Sidharta, Putri Made Maya dalam taman Asoka sebelum melahirkan.
Asoka /Jonesie asyogam merupakan perdu berbunga harum dan sering juga disebut sebagai ganda-puspa. Bunganya berwama kuning gading, yang kemudian berubah menjadi merah. Di India dipakai ' sebagai lambang cinta dan dipergunakan dalam upacara perkawinan.
Panel ke 28
Menggambarkan kelahiron Sidharta dalam taman nasional Lumbini, di bawah pohon Sala (Shorea robusta) atau asvakama. Pohon ini penuh dengan bunga yang kecil-kecil dan sangat harum. Biasanya dipergunakan dalam upacara keagamaan dan sarana mistik.
Segera setelah Sidharta lahir, melangkah tujuh tangkah (panel 28). Tapak kakinya ditopang oleh bunga Lotus (NeJumbium speciosuml. Bunga dan daun lotus
ini menjulang, tidak terapung seperti teratai (Nelumbium nelumbo). Lotus adalah bunga yang dikeramatkan hampir di seluruh belahan bumi.
Dalam Buddhisme Lotus merupakan lambang kemajuan rohani. Akar-akamya tumbuh dalam lumpur avidya (kegelapan, bunganya melintast air yang mensucikan - menjulang ke udara yang bebas dan murni.
Pada masa kanak-kanak, Sidharta mengikuti ayahnya (Raja Sudhodana dari kerajaan Kosala) melakukan upacara'membajak ladang'. Dia menunggu di bawah pohon jambu air (Syzygium aqueum) dan mengadakan latihan medhasi yang pertama.
Pada panel 92
Melukiskan Sidharta sedang bersemedhi di bawah pohon pipal atau asvattha /ficus religiosaJ - yang kemudian dinamakan pohon Bodhi (pohon penerangan). Di sinilah Sidharta mencapai penerangan sejati dan menjadi Buddha. Pohon pipal dianggap sebagai makro kosmos.
Upacara Buddhis dapat dilakukan di bawah pohon Boddhi bila tidak ada tempat lain yang dikhususkan untuk keperluan upacara.
Pade panel 100
Dilukiskan bahwa Sang Buddha berlindung di bawah pohon ajapata atau nigmdha (Ficus bengalensis = banyan tree).
Jugs pads panel 101 terlihat Sang Buddha beriindung terhadap hujan di bawah pohon mucalinda atau hijjala (aairingtonia acutangule)
Demikianlah beberapa tanaman yang mempunyai makna dan pengaruh terhadap kehidupan umat Buddha dan terdapat dalam pahatan candi Borobudur.
Pohon Bodhi di muka candi Bqrobudur Pada tahun 1934 tunas dari pohon Bodhi yang berasal dari bodhgaya ditanam di muka candi Borobudur.
Namun jauh sebelumnya - pads tahun 1281 Raja Kartanegara dari Tumapel, Singasari telah menanam pohon Bodhi yang kemudian menjadi pusat kerajaan Majapahit.
Pohon Bodhi di muka Borobudur telah ditebang, tetapi pada awal tahun yang lalu di sebelah Tenggara candi telah ditanam tunas baru yang berasal dari Srilangka.
Daftar pustaka.
Data dokumentasi pribadi penulis dalam seminar budaya, Sejarah tanaman dalam interior.
Perkuliahan Landscape / pertamanan di Desain Interior UNS.
Disarikan dari "Buddhisme dan Lingkungan" susunan R.S. Soeldjas R. Itantrl
seminar PERANAN AGAMA, FILSAFAT, SASTRA DAN BUDAYA - untuk meningkatkan wawasan Ilngkungan pada masyarakat.
Dibaca dari pahatan sejarah Candi Borobudur kota Magelang, dan referensi dari Candi Prambanan perbatasan kota Klaten dan Jogjakarta.
No comments:
Post a Comment