Mockup Desain poster

Mockup Desain poster
Produk Rosa Good Milk dan Dellimas Coffe

March 16, 2011

Fungsi Tanaman hias dalam desain interior di pandang dari falsafah budhisme






Tanaman adalah awal kehidupan dari terbentuknya bumi. Membentuk kehidupan dan menjaga ekosistem selama ini. Penggunaan tanaman dalam interior merupakan pengormatan dan pendekatan terhadap wujud rasa memiliki dan menjaga. Agama dan pandangan hidup Buddhisme, baik Mahayana maupun Hinayana secara konsepsional menghadapi kelilingnya dengan penuh rasa simpati dan bertanggung-jawab. Segenap peraturan-peraturannya mempertahankan dan menghidupkan suasana lingkungen alami yang serasi.
Kehidupan umat Buddhisme tidak terlepas dari lingkungan tumbuhan dan sat­wa. Cinta terhadap alam dan lingkungan serta terhadap sesama hidup dinya­takan dalam berbagai cara. Namun untuk aplikasi tanaman di interior perlu diperhatikan jenis tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan hanyalah tanaman hias saja dan tidak membutuhkan banayak air. Namun apabila terdapat tanaman hias yang membutuhkan banyak air tidak masalah namun perlu diperhatikan sirkulasi air penyiraman.
.
Fungsi tanaman akan sangat baik pada pagi hari. Tempat tinggal anda akan menjadi sejuk dan nyaman, namun apabila malam hari akan berdampak terbalik pada anda,karena tanaman juga menghirup oksigen, amaka sebaiknya keluarkan tanaman pada malam hari. Apabila anda merasa hal tersebut ribet maka anda dapat menggunakan tanaman palsu, hal tersebut merupakan penghias sekaligus penghormatan dalam aplikasi tanaman dalam desain interior. Awalnya khotbah Sang Buddha yang pertama Dharmacakra pravantana (= me­mutar roda dharma) diberikan dalam taman rusa Isipatana dekat Benares. Kemu­dian khotbah-khotbah selanjutnya diberikan dalam hutan-hutan yang merupa­kan perlindungan satwa. Isi khotbah biasanya mempergunakan tumbuhan dan satwa sebagai perumpamaan.

Tanaman merupakan makhluk hi­dup yang mendapatkan tempat tersendiri dalam agama Bud­dha. Hal ini tidak perlu diherankan, ka­rena tanaman dan satwa memiliki sejarah dalam menyertai kehidupan Sang Bud­dha.

Buddha Gamma
Buddhisme disiarkan oleh Sidharta Gautama (623-543 s.m.) yang kemudian menjadi Buddha Gautama.
Sidharta hidup di wilayah India Utara, dikelilingi oleh lingkungan yang harmonis. Pada waktu itu banyak terdapat taman­-taman alami, di antaranya merupakan ta­man perlindungan satwa (sanctuary).

Sejarah Buddha Gautama dalam Boro­budur
Riwayat hidup Sidharta dipahatkan da­lam 120 panel pada lorong-lorong pertama, di deretan atas, bagian dinding se­belah dalam dari Candi Borobodur.
Relief tersebut menggambarkan Sang Buddha berada di tengah-tengah alam terutama di lingkungan pepohonan yang mengambil peranan dalam hidupnya. Sampai saat ini tanaman tersebut menda­pat perhatian, penghargaan dan penghor­matan umat Buddha dan banyak pula yang ditanam kembali.

Beberops jenis tanaman yang dipahat pada dinding Borobudur

Pada panel 16
Tampak ibu Sidharta, Putri Made Maya dalam taman Asoka sebelum melahirkan.
Asoka /Jonesie asyogam merupakan perdu berbunga harum dan sering juga disebut sebagai ganda-puspa. Bunganya berwama kuning gading, yang kemudian berubah menjadi merah. Di India dipakai ' sebagai lambang cinta dan dipergunakan dalam upacara perkawinan.

Panel ke 28
Menggambarkan kelahiron Sidharta dalam taman nasional Lumbini, di bawah pohon Sala (Shorea robusta) atau asvakama. Pohon ini penuh dengan bunga yang kecil-kecil dan sangat harum. Biasanya dipergunakan dalam upacara keagamaan dan sarana mistik.
Segera setelah Sidharta lahir, melang­kah tujuh tangkah (panel 28). Tapak kaki­nya ditopang oleh bunga Lotus (NeJum­bium speciosuml. Bunga dan daun lotus
ini menjulang, tidak terapung seperti tera­tai (Nelumbium nelumbo). Lotus adalah bunga yang dikeramatkan hampir di seluruh belahan bumi.
Dalam Buddhisme Lotus merupakan lam­bang kemajuan rohani. Akar-akamya tumbuh dalam lumpur avidya (kege­lapan, bunganya melintast air yang men­sucikan - menjulang ke udara yang bebas dan murni.
Pada masa kanak-kanak, Sidharta me­ngikuti ayahnya (Raja Sudhodana dari ke­rajaan Kosala) melakukan upacara'mem­bajak ladang'. Dia menunggu di bawah pohon jambu air (Syzygium aqueum) dan mengadakan latihan medhasi yang pertama.



Pada panel 92
Melukiskan Sidharta se­dang bersemedhi di bawah pohon pipal atau asvattha /ficus religiosaJ - yang ke­mudian dinamakan pohon Bodhi (pohon penerangan). Di sinilah Sidharta menca­pai penerangan sejati dan menjadi Bud­dha. Pohon pipal dianggap sebagai makro kosmos.
Upacara Buddhis dapat dilakukan di ba­wah pohon Boddhi bila tidak ada tempat lain yang dikhususkan untuk keperluan upacara.

Pade panel 100
Dilukiskan bahwa Sang Buddha berlindung di bawah pohon aja­pata atau nigmdha (Ficus bengalensis = banyan tree).
Jugs pads panel 101 terlihat Sang Bud­dha beriindung terhadap hujan di bawah pohon mucalinda atau hijjala (aairingto­nia acutangule)
Demikianlah beberapa tanaman yang mempunyai makna dan pengaruh terha­dap kehidupan umat Buddha dan terda­pat dalam pahatan candi Borobudur.
Pohon Bodhi di muka candi Bqrobudur Pada tahun 1934 tunas dari pohon Bodhi yang berasal dari bodhgaya dita­nam di muka candi Borobudur.
Namun jauh sebelumnya - pads tahun 1281 Raja Kartanegara dari Tumapel, Singasari telah menanam pohon Bodhi yang kemudian menjadi pusat kera­jaan Majapahit.
Pohon Bodhi di muka Borobudur telah ditebang, tetapi pada awal tahun yang lalu di sebelah Tenggara candi telah dita­nam tunas baru yang berasal dari Srilang­ka.




Daftar pustaka.

Data dokumentasi pribadi penulis dalam seminar budaya, Sejarah tanaman dalam interior.

Perkuliahan Landscape / pertamanan di Desain Interior UNS.

Disarikan dari "Buddhisme dan Lingkungan" susunan R.S. Soeldjas R. Itantrl
seminar PERANAN AGAMA, FILSAFAT, SASTRA DAN BUDAYA - untuk meningkat­kan wawasan Ilngkungan pada masyarakat.

Dibaca dari pahatan sejarah Candi Borobudur kota Magelang, dan referensi dari Candi Prambanan perbatasan kota Klaten dan Jogjakarta.

No comments:

Post a Comment