Mockup Desain poster

Mockup Desain poster
Produk Rosa Good Milk dan Dellimas Coffe

April 11, 2010

DASAR – DASAR PERMUKIMAN KOTA DI JAWA


DASAR – DASAR PERMUKIMAN KOTA DI JAWA


oleh: Rosa Zulfikhar

MATERI DASAR – DASAR PERMUKIMAN KOTA DI JAWA
KOTA DAN NEGARA DALAM BUDAYA JAWA
JAGAD DAN KUTA
HALUN – HALUN
TRADISI PERMUKIMAN JAWA YANG KENTAL
KAWASAN SURAKARTA
KAWASAN DEMAK
KAWASAN YOGYAKARTA
MARGA DAN RATAN
PASAR / PEKEN
PAWISMAN / POMAHAN
DARI KOTA-NEGARA KE KOTA MODERN


KOTA DAN NEGARA DALAM BUDAYA JAWA
KUTA
Tempat tinggal manusia secara sosial yang memiliki struktur yang baku

NEGARA
Pemukiman masyarakat dimana pusat kekuasaan sekuler dan ritual-spiritual berada di suatu tangan, yaitu dalem / keraton

JAGAD DAN KUTA
JAGAD
Kesatuan dan keteraturan hidup yang tidak didasarkan pada perbedaan yang tajam atas kategori organik dan anorganik

KUTA
Tempat tinggal manusia secara sosial yang memiliki struktur yang baku

HALUN - HALUN
Halun halun :
ruang terbuka / lapangan terbuka sebagai aktifitas masyarakat

Bentuk :
Segi empat

Berdasar 4 unsur :
AirBumiUdara Api

Apakah sebenarnya alun-alun itu?
Apa fungsi sebenarnya di masa lampau?
Mengapa alun-alun itu selalu terdapat di hampir setiap kota di P. Jawa?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu muncul dan perlu anda diketahui

Di dalam buku “Encyclopedie van Nederlandsch Indie” (Paulus, 1917:31), terdapat penjelasan tentang ‘alun-alun’ sebagai berikut :

Di hampir setiap tempat kediaman Bupati, seorang kepala distrik di Jawa,orang selalu menjumpai adanya sebuah lapangan rumput yang luas, yang dikelilngi oleh pohon beringin di tengahnya.

Lapangan inilah yang dinamakan ‘alun-alun’. Di kota-kota bekas kerajaan kuno (seperti Surakarta dan Yogyakarta), mempunyai dua buah ’alun-alun’, sebuah terletak di Utara Kraton dan sebuah lagi terletak disebelah Selatan Kraton.

Di permukaan alun-alun tersebut tidak boleh ada rumput tumbuh dan diatasnya ditutup dengan pasir halus. Di bagian Selatan dari alun-alun tersebut terdapat pintu masuk yang menuju ketempat kediaman Raja atau Bupati, dimana disana berdiri sebuah pendopo.
Pegawai negeri atau orang-orang lain yang ingin bertemu dengan raja atau Bupati menunggu waktunya disana untuk dipanggil, jika Raja merestui untuk menerima kedatangan mereka.

Oleh sebab itu pendopo tersebut kadang-kadang dinamakan juga Paseban (asal kata seba). Pada masa lampau di alun-alun tiap hari Sabtu atau Senin (Seton atau Senenan) diadakan permainan Sodoran (pertandingan diatas kuda dengan menggunakan tombak yang ujungnya tumpul), atau pertandingan macan secara beramai-ramai yang dinamakan ‘rampog macan’.
Pada waktu pertunjukan ini raja duduk di Siti Inggil, tempat yang paling tinggi dimuka pintu Kraton. Pada tempat-tempat Bupati terdapat panggung untuk melihat tontonan tersebut. Di Jawa Barat juga terdapat alun-alun kecil di depan rumah kepala desa, tapi alun-alun tersebut tidak dikelilingi oleh pohon beringin. Mesjid seringkali terdapat disebelah Barat dari alun-alun”

Kota Demak
Pengaruh budaya lokal (Hindu-Budha) pada penataan setting kawasan pada masa perkembangan agama Islam pada saat itu terlihat pada kecenderungan perletakaan antara makam dan masjid menjadi suatu komplek, sebenarnya agama Islam sendiri tidak mengajarkan manusia untuk menghormat kepada makam.
Ini merupakan pengaruh budaya lokal pada setting kawasan yang ditafsirkan oleh Wali Sanga pada saat itu.

MARGA DAN RATAN
MARGA adalah sarana untuk memungkinkan adanya atau eksistensinya di dunia sehari-hari.
PADAMARGA adalah lorong – lorong untuk sirkulasi pejalan kaki.
RATAN adalah jalan di luar pawisman di mana ehidupan bermasyarakat terjadi.

PASAR / PEKEN
Berasal dari bahasa Sansekerta : PANCAWARA

PEKEN adalah tempat berkumpul yang tidak berkaitan dengan upacara, namun berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli sekali dalam 5 hari Jawa.
Yang sentral dalam kegiatan pasaran adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa.

Kegiatan di pasar
Berkumpul dalam arti saling bertemu muka dan berjual beli pada hari pasaran menjadi semacam panggilan sosial periodik. Kata lain dari pasar adalah peken yang kata kerjanya mapeken artinya berkumpul.
Jika pasar dipandang sebagai kejadian periodik yang tidak bersangkut-paut dengan konsep kekuasaan secara langsung, letak pasar secara urban Jawa tidak di alun-alun. Pasar akan menjadi kejadian di luar alun-alun dan masuk ke dalam kegiatan marga yang menyebabkan kehidupan bisa berlangsung.

MESJID DAN PUSAT KEKUASAAN
Masjid kota Jawa hampir selalu berada di kawasan alun-alun sebelah barat. Pusat kekuasaan selalu ditempatkan hampir selalu di bagian selatan dan menghadap ke alun-alun. Sumbu bangunan mesjid dan pusat pemerintahan diusahakan bertemu di bagian tengah alun-alun.
Kesatuan struktur dari bangunan pusat kekuasaan dan mesjid bisa dianggap sebagai representasi terpangkunya jagad oleh dua struktur kelembagaan yang mengatur kehidupan manusia. Kegiatan sembahyang sendiri dapat ditafsirkan sebagai bagian dari elemen jagad yang dapat menyesuaikan diri.

PAWISMAN / POMAHAN
Dalam budaya Jawa, konsep rumah itu tidak merujuk semata-mata pada fisik bangunannya, tetapi dalam wilayah di mana seseorang dan keluarganya tinggal.

DARI KOTA-NEGARA KE KOTA MODERN
Kekuasaan ke pesisir ke demak ke Yogyakarta (pusat dunia)

No comments:

Post a Comment