Bukan merupakan hal yang baru bagi kita, apabila pemupukan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pertumbuhan tanaman yang mempercantik fasad atau taman kita. Bagaimana dan kapan pemupukan sejarah pemupukan dimulai, tidak seorang pun dapat menerangkan dengan pasti. Namun pastikan apabila anda menaruh tanaman di dalam rumah disarankan untuk sering di taruh di luar dan terkena cahaya matahari langsung dan juga diberi pupuk.
Sejarahnya tercatat dalam HERODOTUS yaitu seorang sejarahwan Yunani telah melakukan perjalanan ke daerah Mesopotamia pada tahun 500 s.m. (sebelum Masehi). Dinyatakannya bahwa pertanian di negeri ini sudah mengembangkan sistem pengaliran air (irigasi) yang baik dan hasil pertaniannya sangat tinggi. Disamping itu diamatinya pula bahwa keadaan alam yang membawa kesuburan tanah juga memegang peranan panting. Air sungai yang meluap setiap musim meninggalkan bahan makanan (unsur hara) pada permukaan tanah di tepi sungai. Rupanya saat itu manusia telah memahami bahwa air merupakan faktor mutlak bagi pertumbuhan tanaman. Telah disadari pula bahwa tanah yang terus menerus ditanami akan memberikan hasil yang makin menurun.
THEOPRASTUS (372-287 s.m.) menyatakan bahwa tanaman yang memerlukan bahan makanan dalam jumlah banyak, kebutuhan airnya pun semakin bertambah. Disarankannya pula untuk menambah zat makanan bagi tanaman. Penambahan kotoran hewan atau pupuk hijau dari tanaman (sebagai pupuk organik) akan memberikan hasil panen yang lebih baik. Pada seat itu petani dari daerah Thessaly dan Macedonia telah menggunakan pupuk hijau dari tanaman berbuah polong (Vicia faba). Caranya dengan membenamkan tanaman tersebut ke dalam tanah pada waktu mengolah tanah.
Pada pertengahan abad ketiga-belas sampai akhir abad 19 beberapa orang ahli pertanian, botani dan kimia mengadakan penyelidikan untuk mengetahui unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada abad ke 19 dan 20 ilmu pemupukan, fisiologi (pengetahuan mengenai sifat dan proses benda hidup) dan ilmu tanah berkembang dengan pesat.
Dari salah satu hasil penelitian tersebut diketahui, bahwa di dalam tubuh tanaman mengandung komposisi beberapa unsur hara. Akan tetapi tidak semua unsur hara mempunyai pengaruh yang panting bagi pertumbuhan tanaman. Ada pun beberapa unsur hara yang sangat panting dan dibutuhkan dalam jumlah banyak, disebut unsur makro yang terdiri dari nitrogen/N, fosfor/P, kalium/K, belerang/S, kalsium/Ca, magnesium/Mg, besi/Fe, karbon/C, hidrogen/H dan oksigen/0. Pada umumnya unsur makro diserap oleh akar-akar rambut dari dalam tanah. Sedangkan nitrogen, oksigen, hidrogen dan karbon yang banyak terdapat di udara dapat diserap oleh pori pori tanaman dan stomata (mulut) daun.
Di samping unsur-unsur makro tersebut, ada beberapa unsur lain yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Dan disebut sebagai unsur mikro atau dinamakan juga unsur jarang, misalnya seng/Zn, boron/B, tembaga/Cu, kobalt/Co, mangan/Mn dan aluminium/AI. Walaupun demikian kekurangan unsur ini akan mengakibatkan gejala penyakit fisiologis, yaitu penyakit yang bukan disebabkan karena serangan serangga, ulat, jamur atau bakteri.
Tanda-tanda penyakit fisiologis yang diakibatkan kekurangan unsur hara (defisiensi) dapat ditandai oleh pertumbuhan yang tidak normal, bentuk daun - bunga - atau buahnya kurang sempurna, warna tanaman menjadi pucat. Akan tetapi gejala ini tidak sama bagi setiap jenis tanaman.
Sebaliknya unsur hara yang diberikan secara berlebihan pada tanaman juga menimbulkan keracunan. Akhirnya mengakibatkan kerusakan pada tanaman. Penelitian pemupukan di Indonesia relatif masih muda, pupuk buatan mulai dicoba pada tanaman padi, kemudian palawija di sekitar tahun 1910.
Penggunaan pupuk dalam usaha pertanian atau perkebunan sebenarnya membutuhkan biaya cukup mahal. Faktor-faktor modal, teknik pelaksanaan, sosial ekonomi, hasil produksi dan keuntungan yang akan diperoleh harus direncanakan dan dipertimbangkan secara mantap. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan usaha tani
Untuk meningkatkan hasil pertanian ada lima unsur kegiatan utama yang menjadi pertimbangan pokok dalam bercocok tanam. Kegiatan tersebut meliputi:
1. pemilihan bibit unggul
2. mengolah tanah dengan baik
3. pengairan yang cukup
4. pemberantasan hama dan penyakit
5. pemupukan.
Memang tanpa pemupukan, maka hasil pertanian termasuk hasil tanaman hortikultura (buah-buahan, sayuran dan tanaman hias) kurang memuaskan.
Pemberian pupuk buatan (an-organik) harus disesuaikan dengan jenis tanaman, umur tanaman, waktu dan keadaan tanahnya. Macam pupuk yang diberikan, jumlah dan waktu pemupukan biasanya dapat dibaca pada label cara pemakaian yang tertera di atas bungkus kemasannya. Namun umumnya diberikan pada waktu tanam, saat pembentukan bunga atau setelah panen besar. Sedangkan pupuk alam (pupuk organik, yang diperoleh dari kotoran dan air seni hewan, tumbuh-tumbuhan atau sampah dapur yang membusuk) diberikan pada saat tanah digarap setelah panen atau setelah pemangkasan berat.
Agar teknik pemupukan tidak menimbulkan kerugian, maka sebaiknya anda mendengarkan saran para ahli yang berpengalaman atau membaca data hasil penelitian. Pemupukan tersebut akan memberikan pertumbuhan yang baik pada tanaman apabila anda memberikan penghawaan dan pencahayaan yang cukup dalam interior anda.
No comments:
Post a Comment